Di atas kursi pesakitan itu ia tertunduk
Deguban jantung yang kian cepat
Bak
peluru senapan yang melaju jauh ke titik ledak
Namun kesalahan bukan miliknya
Waktu
Semenitpun terasa begitu sukar terlewati
Entah mengapa namun begitu keadaannya
Pasal demi pasal terlontarkan
Kesalahan tidak terjadi menjadi batu di atas
kepalanya
Beribu mata menyorot tajam
Seolah menyumpah “kau mati saja!”
Dengan hati sabar ia mencoba berlapang dada
Ia yakin Tuhan tau segalanya
Saat sang hakim mengetokkan palunya
Pertanda vonis telah ditetapkan
Semua berdiri dan bertepuk tangan
Menyambut kematian anak adam yang tak berdosa
Dalam hitungan waktu
Hukuman mati telah disiapkan
Dengan senyuman lapang ia berkata
“Tuhan pasti tau kebenarannya”
Comments
Post a Comment